photobucket
Cinta adalah kekuatan yg mampu mengubah duri jadi mawar mengubah cuka jadi anggur mengubah sedih jadi riang mengubah amarah jadi ramah mengubah musibah jadi muhibah, Belajar dari masa lalu untuk menjadi arif dalam kehidupan mendatang, Dengan memberi kamu menerima, Dengan memaafkan kamu dimaafkan, Dengan mati kamu hidup abadi, Haruskah kita mengingkari masa lalu jika yang lalu dapat memberikan inspirasi bagi masa depan

Jumat, 07 Mei 2010

PENDIDIKAN DI INDONESIA (Antara Output dan Proses)


Bulan Mei tahun ini merupakan bulan yang cukup penting bagi dunia pendidikan Indonesia. Setidaknya dalam bulan tersebut terjadi pengumuman hasil Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang kemudian menjadi dasar untuk membuat keputusan lulus tidaknya peserta didik dalam sebuah jenjang pendidikan.
Kebetulan pada saat tulisan ini dibuat, jenjang SMA dan SMP telah mengumumkan hasil Ujian tersebut. Menurut data pada tahun ini terjadi penurunan prosentase angka kelulusan baik jenjang SMP maupun SMA. Yang lebih mengejutkan terdapat 561 SMP seluruh Indonesia yang angka kelulusannya 0%. Sedangkan untuk jenjang SMA yang sudah diumumkan lebih awal diketahui ada 267 sekolah yang angka kelulusannya 0%.(sumber harian kompas).Tentu saja hasil itu membuat terkejut masyarakat dan pemerintah baik Eksekutif maupun Legislatiftif.Bahkan yang lebih mengherankan ada masyarakat yang demo, mahasiswa demo dalam mensikapi pengumuman UN/US tersebut. Maka dapatlah dibayangkan dalam minggu-minggu setelah pengumuman berbagai mas media mencoba menghadirkan berita-berita dan wawancara tentang persoalan pendidikan, yang memang kebetulan juga bertepatan dengan peringatan hari pendidikan nasional. Dari analisis para pakar pendidikan dan cerita-cerita sekitar dunia pendidikan, saya sendiri merasa miris dengan pendidikan di Indonesia ini.
Bagaimana tidak miris, karena pendidikan di Indonesia sudah cukup lama telah tercabut dari tujuan hakiki pendidikan itu sendiri. Pendidikan di Indonesia telah mengalami disorientasi. Pendidikan di Indonesia kurang memperhatikan dan menghargai proses mendidik, mereka lebih banyak menekankan aspek output dibandingkan bagaimana meningkatkan prosesnya. Inilah mungkin yang menjadikan pendidikan di bumi pertiwi ini makin terjun bebas dan kehilangan arah.

Hakekat pendidikan .
Dari kondisi tersebut kayaknya kita perlu kembali merenung tentang apakah hakekat dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk menuntun dan mengarahkan manusia-manusia muda dalam mencapai kedewasaanya. Sehingga kelak mereka akan mampu bertanggungjawab atas apa yang dilakukan dalam kehidupan ini. Dari pernyataan tersebut setidak-tidaknya kita dapat mengatakan bahwa dalam pendidikan itu ada beberapa unsur yang tidak boleh dilupakan yaitu: 1) Pendidikan merupakan upaya sadar dari dan oleh manusia.2)Melibatkan Pendidik, Tenaga Kependidikan, Pemerintah, Peserta Didik dan masyarakat.3)Ada tujuan yang akan dicapai bersama yaitu membentuk manusia dewasa yang intelek, bermoral dan beragama, yang memiliki keseimbangan dalam sisi jasmani, rohani dan intelektualnya. Hakekat pendidikan tersebut mestinya disadari, dan dilaksanakan jangan hanya menjadi sebuah teori tanpa makna yang kemudian dikhianati demi kepentingan-kepentingan instan.Karena pengkhianatan terhadap hakekat pendidikan sama saja dengan kegagalan untuk tercapainya tujuan mendidik yaitu membentuk manusia dewasa.
Inilah yang terjadi di Indonesia dan kejadian tersebut sudah terjadi hampir 30 tahunan. Maka jangan heran jika ditiap lini kehidupan kita sering menemukan manusia-manusia yang gagal menemukan kedewasaannya.

Kembali ke Khittah Pendidikan.

Bisakah kita kembali ke trek pendidikan ? sebuah pertanyaan yang sering terdengar dari para praktisi pendidikan yang masih semangat dan rindu akan pentingnya pendidikan. Tentu saja masih ada waktu dan kesempatan bagi kita untuk mengembalikan pendidikan pada treknya.Lalu hal -hal apa sajakah yang harus dilakukan ;
Menurut hemat penulis kita harus berani mengambil kebijakan yang murni dan tulus untuk kemajuan pendidikan dengan cara :1. Kembali menekankan aspek proses pendidikan bukan output pendidikan.2. Taat terhadap asas dan norma-norma dalam mendidik. Jangan sampai asas dan norma pendidikan diintervensi oleh kebijakan politik.3).Jauhkan dunia pendidikan dari intervensi poitik baik legislatif maupun Eksekutif.4)Masyarakat harus siap menghadapi resiko baik resiko naik/tidak naik, lulus tidak lulus dan biaya pendidikan yang memang diperlukan untuk menjalankan proses yang baik.5)Bikin regulasi yang dapat menjamin kualitas pendidik baik dilihat dari aspek kemampuan maupun ekonominya.Kalau diperlukan beri jaminan bahwa anak pendidik dijamin pendidikannya oleh negara.6).Tingkatkan sarana dan prasarana pendidikan dengan membuat anggaran yang fokus untuk peningkatan SDM.
7)Bukalah pintu dialog yang membangun untuk mengatasi carut marutnya pendidikan.Para pakar pendidikan jangan hanya dapat berdebat kusir, dan membuat proyek-proyek ujicoba dengan mengadopsi teori-teori dari barat yang belum tentu dapat diaplikasikan di negeri ini, bahkan ada kemungkinan malah hanya membuat pendidikan makin tercabut dari akar budaya negeri ini.

Jika kita berusaha pasti semua ada jalannya. Mungkin itu yang harus menjadi keyakinan kita bersama. Mudah-mudahan UN tahun depan sudah dapat menemukan formula yang pas, yang dapat diterima oleh semua kalangan dan murni bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selamat hari pendidikan nasional, Majulah negeriku majulah pendidikan di Indonesia !